.
Perkembangan
Teori Terjadinya Penyakit
Epidemiologi
sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu
dilatar-belakangi oleh beberapa hal:
1.
Tantangan
zaman di mana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu
zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah penyakit
infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah
penyakit tidak menular, dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan dengan
masalah penyakit tetapi juga hal lain baik yang berkaitan langsung atau tidak
langsung dengan penyakit atau kesehatan, serta masalah non kesehatan.
2.
Perkembangan
ilmu pengatahuan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran berkembang begitu pesat
disamping perkembangan ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi dan ilmu
perilaku. Perkembangan ilmu ini juga meniupkan angin segar untuk perkembangan
epidemiologi
Dengan demikian
terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli kesehatan masyarakat
dari masa ke masa sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada.
Khusus mengenai
pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan
beberapa konsep atau teori. Beberapa teori tentang kausa terjadinya penyakit
yang pernah dikemukakan adalah:
a.
Contagion
Theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada
abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah
mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab
penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553).
Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1.
Jenis
kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan,
berciuman, hubungan seksual.
2.
Jenis
kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak
tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain)
misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
3.
Jenis
kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad
renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak
dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap
sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa
abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik.
Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang
diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.
b.
Hipocratic
Theory
Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran
Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu
yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami kejadian
penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:
1.
Penyakit
terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2.
Penyakit
berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori itu
dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh
Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan
manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di
Yunani pada saat itu terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan
saat menyaksikan pasiennya meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai
seorang dokter. Kemudian ia pun melakukan observasi tentang penyebab dan
penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates belajar mengenai penyakit
menggunakan tiga metode ; Observe,
Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar
mengetahui kondisi lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah
prepatogenesis, yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga
bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan Hippocrates adalah metode induktif,
artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia kumpulkan dan diolah menjadi
informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang
sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari
partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh
kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom
tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air
(basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom
tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air)
dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat
ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya
dengan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan
proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku
hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang
dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hipocrates ialah bahwa dia
telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan melihat segala peristiwa
atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah
belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan yang
merupakan biang keladi terjadinya penyakit.
c.
Miasmatic
theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai
dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosnep ini
dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal
dari kata Yunani yang berarti something
dirty (sesuatu yang kotor) atau bad
air (udara buruk). Miasma
dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami
pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang,
sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit.
Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal
dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang
lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan
yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk
terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma,
maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan
adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya
udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan
lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi.
Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun
dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam
menurunkan tingkat kematian.
Dua
puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van
Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut
sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro
(small living)
d.
Germ
Theory
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh
Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916)
dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan
bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam
pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan
dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses
fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi
cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan
mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah
keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian
berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki
era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori
Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman.
Temuannya yang paling terkenal dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1.
Kuman
harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
2.
Kuman
dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3.
Kuman
yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat dan
menyebabkan penyakit yang sama
4.
Kuman
tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.
e.
Epidemiology
Triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi
dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau
tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1.
Penyakit
timbul karena ketidakseimbangan antara agent
(penyebab) dan manusia (host)
2.
Keadaan
keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik
individu/kelompok)
3.
Karakteristik
agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial,
fisik, ekonomi, dan biologis).
Agen Penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor
mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak
diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan
lain-lain. Agen penyakit dapat dilklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
ü Agen Biologis
Virus, bakteri,
fungi, riketsia, protozoa dan metazoa.
ü Agen Nutrisi
Protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
ü Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.
ü Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia),
uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya.
ü Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan pada tubuh host (pejamu).
Manusia/Pejamu
Faktor manusia
sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada
karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain:
1. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti
penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan
penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
2. Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan
hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya
dijumpai pada laki-laki.
3. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat
istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya
dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro.
4. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti
mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.
5. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat
pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan
lainnya.
6. Status Nutrisi
Gizi jelek mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi seperti
TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.
7. Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan
yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan
lama dan seumur hidup.
8. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti
kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
9. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan.
10. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
Lingkungan
Lingkungan
hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup
internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan
lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini
terdiri dan tiga komponen yaitu:
1. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini
berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta
memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat,
seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
2. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,
virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi
sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host)
intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis
dan bila terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan
biologis maka manusia akan menjadi sakit.
3. Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial
dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media
seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya.
Bila manusia
tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi
konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia,
depresi dan lainnya.
Interaksi
Agen Penyakit, Manusia dan Lingkungan
Dalam
usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu dipelajari
mekanisme interaksi yang terjadi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungannya yaitu:
1. Interaksi antara agen
penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh
lingkungan yang menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis
suatu penyakit, misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabiliras
vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan
bahan kimia beracun oleh proses pemanasan bumi global.
Gambar
Ketidakseimbangan agen dan lingkungan
2. Interaksi antara manusia
dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh
lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya
udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
Gambar
Ketidakseimbangan Pejamu dan lingkungan
3. Interaksi antara manusia
dan agen penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat
merangsang manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala
penyakit, misalnya demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan
kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat
berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
4. Interaksi agen penyakit,
manusia dan lingkungan
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain
sehingga memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung maupun langsung
masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran
manusia akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases).
f.
The
Web of Causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya
adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah
faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian
kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada
faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor
tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap
penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat
berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu
populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme,
abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan
faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat
dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini
cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup
individu
Contoh dari teori ini adalah:
g.
The
Wheel Causation
Model roda menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai
roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian
intinya dan faktor lingkungan biologi, sosial, fisik yang mengelilingi host (manusia). Ukuran komponen roda
bersifat relatif, bergantung pada problem spesifik dari penyakitnya.
Dalam model roda diperlukan pengkajian dari berbagai faktor yang
berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pada pentingnya agent
sebagai penyebab penyakit. Model ini mementingkan adanya hubungan antara
manusia dan lingkungan hidupnya. Besarnya peran dari masing-masing lingkungan
sangat bergantung pada penyakit. Misalnya faktor lingkungan sosial sangat
berperan dalam menyebabkan stres mental/kejiwaan manusia; faktor lingkungan
biologis berperan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh agent ; dan faktor genetik berperan
besar menimbulkan penyakit keturunan. Contoh pada penyakit herediter proporsi
inti genetik relatif besar , sedang pada penyakit campak status imunitas
penjamu serta lingkungan biologik lebih berperan daripada faktor genetik .
Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stres mental , dan
peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada penyakit
malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Bress,P,. 1998. Public Health
Action in emergencies Causes by epidemic. World Health Organization
Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001.
Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGJ
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bustan,
M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bustan,
M.N., Arsunan, A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Heru Subaris K dkk. 2006. Manajemen
Epidemiologi. Yogyakarta: Media Pressindo
Kasjono, Heru Subaris. 2008. Intisari
Epidemiologi. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Martini. Modul Materi Dasar
Epidemiologi semester 3.
Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Timmreck, Thomas c. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar